Merkantilisme

Merkantilisme

Merkantilisme berasal dari Bahasa Inggris yaitu dari kata Merchant yang artinya dagang. Merkantilisme adalah sistem ekonomi untuk menyatukan dan meningkatkan kekayaan keuangan suatu bangsa dengan pengaturan seluruh ekonomi nasional oleh pemerintah. Merkantilisme mendorong sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor serta ukuran kemakmuran suatu negara terletak pada kemampuan mengumpulkan sebanyak mungkin sumber daya yang terbatas seperti emas dan perak.

1.     Latar Belakang Lahirnya Merkantilisme

Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang berkembang di Eropa pada abad ke-16 hingga ke-18. Berikut beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya merkantilisme:

 

  • Perubahan Ekonomi Pasca-Feodalisme

Setelah runtuhnya feodalisme, Eropa mulai beralih ke sistem ekonomi yang lebih terpusat. Raja-raja berusaha mengkonsolidasikan kekuasaan mereka, termasuk dalam hal ekonomi, dengan mendorong perdagangan internasional.

 

  • Kebutuhan Negara-Negara untuk Meningkatkan Kekayaan Nasional

Pada masa ini, kekayaan sebuah negara dianggap setara dengan jumlah logam mulia (emas dan perak) yang dimiliki. Oleh karena itu, negara-negara Eropa berlomba-lomba untuk memperbanyak cadangan logam mulia mereka melalui perdagangan.

 

  • Munculnya Negara-Negara Modern

Bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris, Prancis, Spanyol, dan Belanda mulai membentuk negara-negara modern dengan pemerintahan yang lebih terorganisir. Mereka memandang ekonomi sebagai sarana untuk memperkuat negara, baik melalui perdagangan maupun kekayaan.

 

  • Peran Penting Perdagangan Internasional

Seiring dengan ekspansi wilayah, penemuan dunia baru, dan perkembangan navigasi, perdagangan lintas samudera menjadi semakin penting. Negara-negara Eropa berusaha untuk memonopoli perdagangan dan menguasai jalur-jalur strategis untuk keuntungan ekonomi.

2.     Hubungan antara Merkantilisme dengan Lahirnya Kolonialisme dan Imperialisme

Merkantilisme memiliki hubungan erat dengan perkembangan kolonialisme dan imperialisme. Prinsip-prinsip merkantilisme yang menekankan kontrol terhadap sumber daya, perdagangan, dan pasar global mendorong ekspansi wilayah dan kekuasaan. Berikut hubungan antara Merkantilisme dengan Kolonialisme dan Imperialisme:

  • Penguasaan Sumber Daya

Merkantilisme menekankan pentingnya negara untuk menguasai sumber daya alam, terutama logam mulia dan bahan mentah yang digunakan dalam industri. Koloni-koloni yang dibentuk oleh negara Eropa menjadi sumber utama bahan mentah ini. Dengan mengontrol koloni, negara Eropa bisa mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan tanpa bergantung pada negara lain.

 

  • Kebijakan Perdagangan yang Eksploitatif

Dalam prinsip merkantilisme, perdagangan diarahkan untuk menguntungkan negara induk. Koloni-koloni hanya diperbolehkan berdagang dengan negara induk, sehingga menciptakan monopoli perdagangan yang merugikan koloni namun menguntungkan negara penguasa. Hal ini mendorong pertumbuhan kolonialisme, di mana koloni diperas untuk keuntungan ekonomi.

 

  • Pencarian Pasar Baru

Negara-negara Eropa mencari koloni untuk menjadi pasar bagi produk-produk mereka. Dengan demikian, mereka dapat mengekspor barang-barang yang diproduksi di negara asal ke koloni dan mengontrol harga pasar. Ini membantu negara penguasa untuk mengatasi masalah surplus produksi dan meningkatkan kekayaan nasional.

 

  • Imperialisme dan Dominasi Politik

Selain ekonomi, merkantilisme juga mengarah pada imperialisme, di mana negara Eropa tidak hanya berusaha menguasai ekonomi koloni, tetapi juga memaksakan kendali politik. Negara-negara seperti Inggris, Spanyol, dan Prancis tidak hanya menguasai perdagangan, tetapi juga mendominasi pemerintahan lokal di wilayah jajahannya.

 

Aufklärung (Pencerahan)

 Aufklärung (Pencerahan)


1.     Munculnya Gagasan Aufklärung

Aufklärung atau disebut juga abad Pencerahan (Age of enlightenment), adalah sebuah gerakan intelektual yang berkembang di Eropa pada abad ke-17 hingga abad ke-19, yang berfokus pada rasionalitas, ilmu pengetahuan, dan penolakan terhadap dogma-dogma agama serta otoritas absolut. Gerakan ini lahir sebagai reaksi terhadap dominasi Gereja dan kekuasaan monarki yang dianggap membatasi kebebasan berpikir dan kreativitas manusia. Revolusi ilmiah yang dipimpin oleh tokoh seperti Galileo Galilei dan Isaac Newton, yang menekankan metode ilmiah dan empirisme, menjadi fondasi penting bagi munculnya gagasan Aufklärung. Nama Pencerahan diberikan untuk zaman ini karena manusia mulai mencari cahaya baru melalui rasionya sendiri.

Gagasan utama dari Aufklärung adalah bahwa manusia, dengan menggunakan akal budi (rasio) secara bebas, mampu memahami dunia dan memperbaiki kondisi kehidupannya. Gagasan ini didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kebebasan berpikir, serta dorongan untuk memperjuangkan hak-hak individu dan kemajuan sosial.

Aufklarung berlangsung pada abad ke-17 sampai abad ke-19 (1685-1815). Negara pelopornya adalah Inggris dan Prancis. Periode Aufklarung membentang anara apa yang disebut “The Glorious Revolution” 1688 di Inggris dan mencapai puncaknya pada Revolusi Prancis 1789.

2. Tokoh-Tokoh Aufklärung:

  • Immanuel Kant

Kant adalah salah satu filsuf paling penting dalam gerakan Aufklärung. Dalam esainya "Was ist Aufklärung?" (Apa itu Pencerahan?), ia mendefinisikan Aufklärung sebagai keberanian manusia untuk berpikir secara mandiri dan lepas dari otoritas eksternal, seperti Gereja dan negara. Kata-kata Immanuel Kant yaitu “Beranilah Berpikir Sendiri! (Sapere aude)”, bahkan menjadi sloga dari abad pencerahan. Menurut Immanuel Kant dengan berani berpikir sendiri, niscaya manusia akan Bahagia dan sejahtera.

Immanuel Kant

 

  • Voltaire

Voltaire adalah seorang penulis dan filsuf Perancis yang terkenal dengan kritiknya terhadap intoleransi agama, kebebasan berpendapat, dan dukungannya terhadap kebebasan sipil. Karya-karyanya, seperti Candide, menyerang kebodohan dan takhayul.

 

  • John Locke

Locke adalah seorang filsuf Inggris yang gagasannya tentang kontrak sosial dan hak asasi manusia sangat memengaruhi pemikiran politik Aufklärung. Ia percaya bahwa pemerintahan harus didasarkan pada persetujuan rakyat, bukan hak ilahi raja.

John Locke

 

  • Jean-Jacques Rousseau

Rousseau berpendapat bahwa manusia pada dasarnya baik, tetapi masyarakat yang korup telah mengubahnya. Dalam karyanya The Social Contract, ia menggambarkan bagaimana pemerintahan yang sah harus didasarkan pada kehendak umum.

 

  • Montesquieu

Pemikiran Montesquieu tentang pembagian kekuasaan menjadi eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam The Spirit of the Laws memengaruhi perkembangan sistem politik modern, termasuk demokrasi.

3. Dampak atau Pengaruh Aufklärung:

  • Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Aufklärung mendorong metode ilmiah sebagai cara memahami alam semesta. Ilmuwan seperti Newton dan Descartes memperluas wawasan ilmiah yang memengaruhi perkembangan teknologi modern.

 

  • Berkembangnya Pemikiran Politik

Ide-ide tentang kebebasan individu, hak asasi manusia, dan pemerintahan berdasarkan hukum dan persetujuan rakyat menjadi dasar dari revolusi politik, seperti Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis.

 

  • Munculnya Sekularisasi

Aufklärung juga menyebabkan pengurangan pengaruh Gereja dalam kehidupan sosial dan politik, mempromosikan sekularisasi di Eropa. Negara-negara mulai mengadopsi hukum-hukum yang lebih netral terhadap agama dan mendukung kebebasan beragama.

 

  • Berkembangnya Gagasan Tentang Hak Asasi dan Demokrasi

Pemikiran Aufklärung melahirkan gagasan tentang kesetaraan dan kebebasan individu yang kemudian menjadi landasan dari demokrasi modern dan gerakan hak asasi manusia di seluruh dunia.

 

  • Revolusi Industri

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebebasan berpikir, Aufklärung juga berkontribusi pada perubahan ekonomi dan sosial yang mengarah pada Revolusi Industri, yang merevolusi cara hidup masyarakat pada abad ke-19.

 

Reformasi Gereja

 Reformasi Gereja

1. Latar Belakang Lahirnya Reformasi Gereja

Reformasi Gereja yang terjadi pada abad ke-16 merupakan sebuah gerakan besar dalam sejarah Eropa yang bertujuan untuk memperbaiki berbagai praktik dan ajaran dalam Gereja Katolik yang dianggap korup atau menyimpang. Gerakan Reformasi Gereja berawal di Jerman, dipelopori oleh Martin Luther. Pada 31 Oktober 1517, Luther menempel poster berisi 95 dalil Luther di depan pintu gereja Wittenberg, di Saxon, Jerman. Beberapa faktor utama yang melatarbelakangi lahirnya Reformasi Gereja meliputi:

  • Adanya Penyimpangan yang Dilakukan Gereja Katolik

Pada abad pertengahan, Gereja Katolik memiliki kekuasaan yang sangat besar, baik secara spiritual maupun politik. Namun, berbagai praktik seperti penjualan surat pengampunan dosa (indulgensi) untuk mengumpulkan dana, jabatan gereja yang diperjualbelikan, serta gaya hidup mewah para pejabat gereja, menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat.

  • Adanya Kritik terhadap ajaran Gereja

Sejumlah teolog mulai mempertanyakan ajaran-ajaran gereja yang dianggap menyimpang dari Alkitab, terutama dalam hal penebusan dosa dan keselamatan. Martin Luther menjadi tokoh utama yang menolak praktik indulgensi dan menekankan pentingnya kembali pada ajaran murni Alkitab. Tokoh-tokoh lain seperti John Wycliffe dan Jan Hus merupakan tokoh pemikir yang berasal daroi kalangan gereja yang kecewa terhadap kepemimpinan Roma dan ingin memperbaharuinya.

Martin Luther
Sumber: Wikipedia


  • Penemuan Mesin Cetak

Penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg sekitar tahun 1440 mempercepat penyebaran ide-ide baru. Hal ini memungkinkan karya-karya teolog seperti Martin Luther dan pamflet-pamflet kritis terhadap Gereja Katolik untuk tersebar luas ke seluruh Eropa.

  • Lahirnya Gerakan Renaissance dan Humanisme

Gerakan Renaissance yang menekankan pada pemikiran kritis dan humanisme turut berkontribusi pada lahirnya Reformasi. Humanisme mengajak orang untuk membaca teks asli, termasuk Alkitab, dan memikirkan kembali doktrin-doktrin yang diajarkan oleh Gereja.

  • Munculnya bangsawan dan raja yang ingin terlepas dari pengaruh Paus

Banyak penguasa lokal dan bangsawan mulai menentang campur tangan Gereja Katolik dan Paus dalam urusan politik. Mereka melihat reformasi sebagai peluang untuk mengurangi kekuasaan Gereja dan memperoleh kontrol lebih besar atas wilayah mereka sendiri.

2. Dampak Terjadinya Reformasi Gereja

Reformasi Gereja membawa dampak yang luas dalam berbagai bidang, termasuk agama, politik, sosial, dan budaya. Beberapa dampak penting dari gerakan ini antara lain:

  • Munculnya aliran agama Kristen Protestan

Reformasi Gereja menyebabkan perpecahan besar dalam Kekristenan Barat. Dari gerakan ini lahir berbagai cabang Kekristenan baru yang dikenal sebagai Protestan, yang mencakup sekte-sekte kecil seperti Lutheran, Calvinis, dan Anglikan. Ini menyebabkan konflik dan perang agama yang berlangsung lama di Eropa.

  • Perang Agama di Eropa

Salah satu dampak langsung Reformasi adalah munculnya konflik antara Katolik dan Protestan. Perang agama yang terjadi, seperti Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648), mengakibatkan kerusakan besar di Eropa dan memengaruhi tatanan politik serta sosial di banyak wilayah.

  • Penguatan Kekuasaan Negara

Banyak penguasa di Eropa, terutama di Jerman, Swiss, dan Inggris, memanfaatkan Reformasi untuk menegaskan kontrol mereka atas gereja-gereja nasional. Di Inggris, misalnya, Raja Henry VIII memisahkan Gereja Inggris dari otoritas Paus dan mendirikan Gereja Anglikan.

  • Perubahan Sosial dan Pendidikan

Reformasi membawa perubahan dalam sistem pendidikan, dengan munculnya universitas dan sekolah yang didasarkan pada ajaran Protestan. Gereja Protestan menekankan pentingnya membaca Alkitab, yang mendorong peningkatan tingkat literasi di kalangan masyarakat umum. Menurut Luther, setiap individu memiliki hak untuk membaca dan menafsirkan kitab suci.

  • Adanya Reformasi Gereja Katolik

Sebagai respons terhadap gerakan Reformasi, Gereja Katolik melancarkan gerakan Kontra-Reformasi yang bertujuan untuk memperbarui dan mereformasi gereja dari dalam, sambil mempertahankan ajaran-ajaran inti. Hal ini dilakukan melalui Konsili Trente (1545-1563) dan penguatan ordo-ordo seperti Jesuit yang berperan penting dalam memulihkan kembali pengaruh Katolik di beberapa wilayah.

 

Renaissance

Renaissance

Renaissance adalah periode kebangkitan budaya, seni, dan ilmu pengetahuan yang dimulai pada abad ke-15 di Italia dan berlangsung hingga abad ke-17 di seluruh Eropa. Masa Renassance merupakan peralihan dari Abad Kegelapan di Eropa yang berlangsung antara abad ke-4 sampai abad ke-15 di Eropa atau sering disebut dengan abad kegelapan (Dark Age) kepada abad pencerahan (Aufklarung) yang barlangsung sejak abad ke-17 sampai sekarang. Istilah Renaissance sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Re artinya kembali dan Naitre artinya lahir. Dalam Bahasa Prancis Renaissance berarti "kelahiran kembali," mengacu pada kelahiran kembali minat terhadap kebudayaan klasik Yunani dan Romawi kuno setelah masa kegelapan (Dark Ages) di Eropa. Era ini ditandai dengan perubahan pola pikir manusia, yang mulai berpaling dari dogma agama yang mendominasi Abad Pertengahan, menuju pengembangan pemikiran rasional, ilmiah, dan individualis.

Faktor-faktor Lahirnya Gerakan Renaissance

Beberapa faktor yang melatarbelakangi kelahiran Renaissance antara lain:

  • Munculnya banyak kelas menengah baru

Kemajuan ekonomi di kota-kota dagang seperti Florence, Genoa, dan Venesia sangat mempengaruhi minat orang untuk mempelajari kembali ilmu pengetahuan yang dikembangkan Yunani dan Romawi kuno. Kemajuan perdagangan ini ditandai dengan perkembangan ekonomi dan munculnya orang kaya baru (kaum Borjuis). Mereka bukan dari golongan bangsawan dan tuan tanah, melainkan individu-individu yang memiliki jiwa petualang dan bisnis. Munculnya kelas mmenengah baru berhasil merubah cara pandang orang terhadap kehidupan di dunia. Mereka meyakini bahwa tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mencapai kesejahteraan. Hal ini menyebabkan cara pandang yang dianut abad pertengahan mulai memudar.

  • Adanya dukungan penguasa dan bangsawan yang progresif

Dukungan para penguasa dan bangsawan yang progresif berupa pengembangan Pendidikan berbasis humaniora serta membiayai proyek-proyek besar dalam bidang seni dan budaya. Di Florence, keluarga Medici memprakarsai berdirinya Accademia Plato tahun 1642. Sebelumnya , pada tahun 1460 keluarga Medici mendirikan Akademi Seni Rupa yang dipimpin oleh Michaelangelo. Di negara-negara eropa lain, penguasa politiknya menjadi pendukung geraka Renaissance. Di Inggris ada Henry VIII, di Prancis ada Francis I, di Spanyol ada Charles V dan di Denmark ada Christian II.

Michaelangelo buonarroti
Sumber: Wikipedia


  • Jatuhnya Konstantinopel

Pada tahun 1453, Konstantinopel jath ketangan Dinasti Ottoman. Hal ini mendorong lahirnya Gerakan Renaissance. Banyak cendekiawan yang bekerja di perpustakaan-perpustakaan di Konstantinopel menyingkir ke eropa dengan membawa banyak buku sastra, hukum dan seni. Hal ini menyebabkan minat untuk mempelajari kebudayaan Yunani dan Romawi kuno meningkat.

  • Penemuan Mesin Cetak

Penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15 memungkinkan penyebaran cepat pengetahuan baru di seluruh Eropa, termasuk gagasan-gagasan yang kemudian melahirkan Gerakan Renaissance dan Humanisme.

Johanes Guttenberg
Sumber: Wikipedia


  • Munculnya Golongan Humanisme

Humanisme, sebuah gerakan yang menekankan potensi dan kreativitas individu manusia, menjadi landasan filosofi Renaissance. Humanisme adalah paham yang menjunjung tinggi martabat manusia serta kemampuan rasio untuk mengubah kondisi saat ini demi mencapai kesejahteraan manusia di dunia. Pengaruh pemikiran Humanisme terhadap Renaissance yaitu menekankan bahwa kita tidak hanya umat manusia, tetapi juga individu-individu yang memiliki kebebasan untuk berbuat sesuatu demi mencapai kebahagiaan di dunia.

Dampak Renaissance dalam Berbagai Bidang

Renaissance memberikan pengaruh besar dalam berbagai bidang, antara lain:

  • Kesenian berkembang bebas

Renaissance menghasilkan beberapa seniman terbesar dalam sejarah, seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo, dan Raphael. Seni lukis, patung, dan arsitektur berkembang pesat dengan tema-tema kemanusiaan, perspektif yang lebih realistis, dan pengaruh klasik.

Leonardo Da Vinci
Sumber: Gramedia


  • Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Periode ini menyaksikan lahirnya ilmuwan besar seperti Galileo Galilei dan Nicolaus Copernicus, yang mendorong revolusi ilmiah. Metode ilmiah mulai digunakan secara sistematis untuk memahami alam semesta, menggantikan pandangan yang didasarkan pada dogma agama.

Nicolaus Coppernicus
Sumber: Merdeka.com


  • Berkembangnya Filsafat dan Sastra di eropa

Humanisme menjadi landasan perkembangan filsafat dan sastra. Tokoh-tokoh seperti Petrarch dan Dante Alighieri menulis karya sastra dengan tema yang lebih berfokus pada pengalaman manusia. Filosof seperti Erasmus dari Rotterdam mengembangkan pemikiran kritis terhadap lembaga-lembaga sosial dan agama.

  • Penghormatan terhadap ajaran Gereja berkurang

Meskipun Renaissance mendorong sekularisasi pemikiran, gerakan ini juga mempengaruhi reformasi gereja. Kebangkitan intelektual dan kritik terhadap Gereja Katolik memicu Reformasi Protestan pada awal abad ke-16.

  • Berkembangnya Penjelajahan Samudera

Renaissance mendorong lahirnya Zaman Penjelajahan dengan pelaut seperti Christopher Columbus dan Vasco da Gama yang berlayar mencari dunia baru, didorong oleh semangat petualangan dan pencarian pengetahuan.

Christopher Columbus
Sumber: Wikipedia


 

Konferensi Meja Bundar (23 Agustus – 2 November 1949)

Konferensi Meja Bundar (23 Agustus – 2 November 1949)

Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah titik puncak perjuangan diplomasi Indonesia. Konferensi ini diadakan di Den Haag, Belanda, dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah kedaulatan Indonesia secara resmi. Konferensi Meja Bundar dilaksanakan pada 23 Agustus 1949 di Den Haag, Belanda. KMB dihadiri oleh delegasi dari Indonesia, Belanda, BFO, dan UNCI. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta. Delegasi Belanda dipimpin oleh J.V. Maarseven. Delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid, dan UNCI diketuai oleh Chritchley. KMB dipimpin oleh Perdana Menteri Belanda Willem Drees.

Mohammad Hatta
Sumber: Wikipedia

Setelah perundingan yang cukup Panjang, pada 2 November 1949 tercapailah kesepakatan, diantaranya:

  • Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949.
  • Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) secara penuh, kecuali Papua Barat, yang akan dibahas lebih lanjut dalam waktu satu tahun setelah pengakuan.
  • Penyelesaian masalah Irian Barat ditunda selama satu tahun.
  • RIS akan menggantikan Republik Indonesia dan mengakui hak Belanda untuk tetap bekerja sama dalam beberapa bidang ekonomi dan militer.
  • Pembubaran Hindia-Belanda secara resmi dan penghentian semua aktivitas militer Belanda di Indonesia.
  • Pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dengan TNI sebagai inti. KNIL akan dibubarkan dan anggotanya akan masuk kedalam APRIS.
  • Indonesia akan membayar utang Belanda sejak 1942.

Pada 23 Desember 1949, Wakil presiden Mohammad Hatta berangkat ke Belanda untuk penandatanganan penyerahan kedaulatan. Penandatanganan ini dilaksanakan pada 27 Desember 1949. Sedangkan di Jakarta, Sultan Hamengkubuwono IX kuga menandatangani naskah penyerahan kedaulatan. Pada waktu yang sama juga ditandatangani penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.

Sultan Hamengkubuwono IX
Sumber: Wikipedia

Perjanjian Roem-Royen (Mei 1949)

 Perjanjian Roem-Royen (Mei 1949)

Perjanjian Roem-Royen adalah langkah penting menuju pengakuan kemerdekaan Indonesia. Perundingan ini diadakan setelah Agresi Militer Belanda II dan berlangsung di bawah tekanan internasional. Komisi Tiga Negara dibubarkan dan diganti dengan UNCI (United Nations Commision for Indonesia) pada 28 Januari 1949. UNCI melakukan pertemuan dengan para pemimpin Indonesia di Bangka, demikian pula dengan Bijeenkomst voor federal Overleg (BFO) atau perkumpulan negara-negara buatan Belanda.

Pada 17 April 1949, UNCI berhasil membawa Belanda dan Indonesia kembali ke meja perundingan yang berlangsung di hotel Des Indies, Jakarta. Perundiangan ini dikenal dengan Perundingan Roem-Royen. Pada perundingan ini delegasi Indonesia diketuai oleh Mohammad Roem, dan pihak Belanda diketuai oleh Dr. Frederick van Royen.

Mohammad Roem
Sumber: Wikipedia

Setelah melewati perundingan yang alot, akhirnya dicapai kesepakatan pada 7 Mei 1949. Hasil kesepakatan perundingan Roem-Royen diantaranya:

  • Menghentikan perang Gerilya.
  • Belanda setuju untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan pemimpin Indonesia, termasuk Soekarno dan Hatta, yang telah ditahan.
  • Pemerintah Republik Indonesia akan dikembalikan ke Yogyakarta.
  • Kedua belah pihak sepakat untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk membahas penyerahan kedaulatan secara penuh kepada Indonesia.

Pada 6 Juli 1949, Soekarno-Hatta, yang sejak Agresi Militer Belanda II ditawan dan diasingkan Belanda ke Bangka, kembali ke Yogyakarta. Kembalinya presiden dan wakil presiden ini diikuti dengan penarikan mundur pasukan Belanda dari Yogyakarta.

Perjanjian Renville (Januari 1948)

 Perjanjian Renville (Januari 1948)

Setelah Agresi Militer Belanda I, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) untuk menjadi mediator dalam menyelesaikan konflik antara Indonesia dengan Belanda. Perjanjian Renville disepakati di atas kapal USS Renville pada 8 Desember 1947.

Perjanjian Renville dihadiri oleh beberapa pihak, diantaranya:

·   Delegasi Komisi Tiga Negara yang diwakili Dr. Frank Graham (Ketua), Paul van Zeeland (anggota), dan Richard Kirby (anggota).

·     Delegasi Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin (ketua), Ali Sastroamijoyo (anggota), Haji Agus Salim (anggota), dr. J. Leimena (anggota), dr. Coa Tiek Ien (anggota), dan Nasrun (anggota).

·     Delegasi Belanda diwakili oleh R. Abdulkadir Widjojoatmodjo (ketua), Mr. H.A.L. Vredenburg (anggota), Dr. P.J. Koets (anggota), dan Mr. dr. Christian Robert Steven Soumokil (anggota).

Perjanjian Renville menghasilkan keputusan, yaitu:

  • Pihak Indonesia menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat pada masa peralihan sampai pengakuan kedaulatan.
  • Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui jajak pendapat terlebih dahulu.
  • Republik Indonesia hanya diakui secara de facto atas wilayah-wilayah yang dikuasai oleh TNI saat itu.
  • TNI harus mundur dari daerah-daerah yang telah diduduki Belanda dalam Agresi Militer I atau daerah-daerah dibelakang garis van Mook dan masuk ke wilayah Indonesia.
  • Gencatan senjata antara Republik Indonesia dan Belanda.
Amir Syarifuddin
Sumber: Wikipedia

Abdulkadir Widjojoatmodjo
Sumber: EWikipedia

Dampak Perjanjian Renville

Perjanjian Renville menimbulkan dampak dan reaksi keras baik dari rakyat Indonesia, politikus maupun TNI. Beberapa dampak perjanjian Renville diantaranya:

  • Indonesia kehilangan banyak wilayah strategis akibat kewajiban TNI untuk mundur ke wilayah de facto.
  • Perjanjian ini sangat merugikan Indonesia secara militer, namun diplomatiknya dipandang sebagai kemenangan karena menunjukkan keabsahan kedaulatan Indonesia di hadapan dunia internasional.

Pemerintah dianggap gagal dalam berdiplomasi. Sebagai konsekuensi dari Perjanjian Renville, wilayah Indonesia menjadi semakin sempit. Pasukan Siliwangi pun harus melakukan Long March untuk berpindah dari Jawa Barat ke Yogyakarta pada 17 Januari 1948. Rakyat, pemerintah, dan TNI Bersatu dan aktif melakukan serangan gerilya ke wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda. Hal ini pun dimanfaatkan Belanda dengan melancarkan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 dengan mengepung kota Yogyakarta. Aksi ini dilakukan Belanda dengan berdalih bahwa Indonesia sering melanggar gencata senjata sehingga menyebabkan Perjanjian Renville gagal.