BANDUNG LAUTAN API
1. Latar Belakang
Pertempuran Bandung Lautan Api terjadi pada 23
Maret 1946 dan merupakan salah satu pertempuran penting dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
17 Agustus 1945, Bandung menjadi salah satu kota yang diperebutkan oleh tentara
Republik Indonesia dan pasukan Sekutu, yang datang untuk melucuti senjata
tentara Jepang. Namun, kedatangan pasukan Belanda yang ingin merebut kembali
kekuasaan di Indonesia menyebabkan ketegangan yang semakin memuncak.
Di Bandung, pasukan Sekutu yang sebagian besar
terdiri dari tentara Inggris dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration)
menuntut agar pihak Indonesia segera meninggalkan Bandung bagian selatan.
Ultimatum ini dikeluarkan karena mereka ingin menjadikan Bandung sebagai pusat
kekuatan militer mereka di Jawa Barat. Namun, pejuang Indonesia yang tergabung
dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan laskar-laskar rakyat menolak ultimatum
tersebut, karena berarti menyerahkan Bandung kepada pasukan Sekutu dan Belanda.
2. Jalannya Pertempuran
Pasukan Inggris tiba di Bandung pada 12 Oktober
1945. Pada saat yang bersamaan, TKR dan rakyat Bandung sedang melaksanakan
pemindahan kekuasaan seta merebut senjata dari tangan Jepang. Selain membawa
NICA, Inggris menuntut agar semua senjata yang direbut dari tangan Jepang dan
beredar luas di tengah penduduk, kecuali TKR dan polisi diserahkan kepada
mereka. Rakyat Indonesia diberi waktu untuk menyerahkan senjata-senjata
tersebut paling lambat tanggal 21 November 1945. Rakyat Indonesia di Bandung
tidak mengindahkan ultimatum tersebut sehingga terjadilah pertempuran. Tiga
hari kemudian, sekutu menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar
Bandung bagian utara segera dikosongkan.
Pada tanggal 23 Maret 1946, sekutu Kembali mengeluarkan
ultimatum, kali ini agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung. Pertempuran
dimulai setelah pasukan Indonesia memutuskan untuk melaksanakan strategi bumi
hangus di Bandung bagian selatan. Pada malam 23 Maret 1946, sesuai instruksi
pemerintah pusat dan Komandan Divisi Siliwangi, Kolonel Abdul Haris Nasution,
penduduk Bandung diinstruksikan untuk mengungsi, sementara para pejuang
membakar gedung-gedung penting dan fasilitas militer agar tidak jatuh ke tangan
musuh.
Sepanjang malam, api berkobar di seluruh kota.
Gedung-gedung pemerintahan, fasilitas vital, dan rumah-rumah penduduk dibakar
oleh para pejuang. Akibatnya, sebagian besar Bandung bagian selatan menjadi
lautan api yang bisa terlihat dari kejauhan. Pasukan TKR terus melakukan
perlawanan meskipun terdesak oleh kekuatan militer Sekutu yang lebih besar.
3. Akhir Pertempuran
Meskipun aksi bumi hangus di Bandung selatan
berhasil membuat Sekutu tidak bisa menggunakan fasilitas yang ada, pada
akhirnya pasukan Indonesia harus mundur ke wilayah pegunungan di luar Bandung
untuk melanjutkan perlawanan. Sekutu berhasil menduduki Bandung, namun
pertempuran tidak berakhir begitu saja, karena pejuang Indonesia terus
melakukan serangan-serangan gerilya dari luar kota.
Bandung Selatan benar-benar hancur dan terbakar.
Ribuan warga sipil harus mengungsi, dan pertempuran tersebut meninggalkan
dampak yang besar pada kondisi sosial dan ekonomi kota Bandung.
0 comments:
Post a Comment