PERTEMPURAN MEDAN AREA
1. Latar Belakang
Pertempuran Medan Area terjadi sebagai bagian
dari rangkaian perlawanan rakyat Indonesia terhadap upaya kembalinya Belanda
pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Setelah Jepang menyerah pada Sekutu di akhir
Perang Dunia II, pasukan Belanda yang tergabung dalam tentara NICA (Netherlands
Indies Civil Administration) datang kembali untuk menguasai Indonesia.
Kedatangan NICA memicu ketegangan dengan rakyat Indonesia yang telah
memproklamirkan kemerdekaannya.
Di Medan, Sumatera Utara, situasi memanas ketika
pada 9 Oktober 1945, tentara Sekutu (Inggris) yang dipimpin oleh Brigadir T.E.D
Kelly mendarat untuk melucuti tentara Jepang. Namun, mereka membantu Belanda
dalam upaya merebut kembali wilayah tersebut. Konflik semakin intens ketika
terjadi insiden di mana seorang pemuda Indonesia ditembak oleh seorang serdadu
Belanda di Hotel Medan, yang kemudian memicu perlawanan bersenjata dari rakyat
Medan dan pejuang Indonesia.
2. Jalannya
Pertempuran
Pertempuran dimulai pada bulan Oktober 1945
ketika rakyat Medan, yang tergabung dalam berbagai organisasi perjuangan
seperti Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan Laskar Rakyat, mulai melakukan
perlawanan terhadap pasukan Sekutu dan NICA.
Pada tanggal 1 Desember 1945 sekutu memasang
papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di pinggiran kota medan untuk
menghadang gerak laju para pemuda. Oleh karena tulisan inilah wilayah yang
menjadi markas sekutu di kota Medan dikenal sebagai Medan Area. Pada tanggal 13
Desember 1945, terjadi peristiwa penting di mana Sekutu mengeluarkan ultimatum
kepada rakyat Medan untuk meninggalkan wilayah kota dalam radius 5 km.
Ultimatum ini memicu perlawanan yang lebih besar, dan berbagai bentrokan
bersenjata terjadi antara pejuang Indonesia melawan tentara Sekutu dan Belanda.
Pasukan pejuang Indonesia melakukan serangan
gerilya terhadap posisi-posisi Belanda di sekitar Medan. Namun, kekuatan
persenjataan yang dimiliki Sekutu membuat mereka dapat bertahan dalam waktu
yang cukup lama. Pertempuran ini berlanjut hingga 1946, dengan wilayah-wilayah
di sekitar Medan menjadi medan tempur antara pejuang Indonesia dan pasukan
NICA. Untuk melanjutkan perjuangan di Medan, pada Agustus 1946 dibentuk Komando
Resimen Laskar Rakyat Medan Area.
3. Akhir
Pertempuran
Pertempuran Medan Area mencapai puncaknya pada
awal 1947. Setelah sekian lama bertempur, posisi pasukan Indonesia di Medan
Area semakin terdesak. Pasukan NICA berhasil menguasai beberapa titik penting
di Medan dan sekitarnya.
Pada bulan April 1947, pemerintah Indonesia yang
diwakili oleh Sutan Sjahrir akhirnya melakukan perundingan dengan pihak Belanda
dalam upaya menghentikan konflik dan mencari penyelesaian diplomatik. Meski
pertempuran besar di Medan berakhir, ketegangan antara kedua belah pihak tetap
berlangsung hingga adanya kesepakatan formal dalam Perjanjian Renville pada
Januari 1948.
0 comments:
Post a Comment