Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
1. Kedatangan Sekutu ke Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945, kedatangan Sekutu ke Indonesia menjadi salah satu momen krusial
dalam mempertahankan kemerdekaan. Sekutu yang dipimpin oleh Inggris datang
dengan tugas utama untuk melucuti tentara Jepang yang telah menyerah dan
memulangkan tawanan perang.
Namun, di balik kedatangan Sekutu, terdapat agenda
tersembunyi dari Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Inggris datang
melalui South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mountbatten,
dengan membawa pasukan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang
terdiri dari orang-orang Belanda. Pasukan NICA bertujuan untuk mengembalikan
kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.
Pasukan sekutu dibawah komando South East Asia
Command membentuk komando pasukan khusus yang diberi nama Allied Forces Netherlands
East Indies (AFNEI) dibawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philips Christison. Tugas
AFNEI awalnya untuk menggempur pasukan Jepang yang ada di Indonesia. Namun,
sebelum operasi militer dilancarkan, Jepang sudah menyerah. Oleh karena itu,
tugas AFNEI dialihkan dari tugas militer ke tugas administrative, yaitu sebagai
berikut:
1) Menerima penyerahan Jepang
2) Membebaskan para tawanan perang Jepang yang berasal dari Eropa.
3) Melucuti tentara Jepang dan mengumpulkan mereka untuk dipulangkan.
4) Menegakkan serta memelihara kondisi damai untuk diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5) Mencari informasi tentang para penjahat perang Jepang untuk selanjutnya diserahkan ke pengadilan sekutu.
Pada tanggal 8 September 1945, Lord Louis
Mountbatten mengutus tentara AFNEI dibawah pimpinan Mayor Greenhalgh ke
Indonesia. Ia dan Pasukannya mendarat dengan menggunakan parasut di Lapangan
Terbang Kemayoran pada tanggal 14 September 1945. Tugas utama Mayor Greenhalgh
adalah menyiapkan pendaratan pasukan Inggris dan secepat mungkin menetapkan
kedudukan AFNEI di Jakarta.
Pada 29 September 1945, rombongan pertama tentara
AFNEI yang diangkut dengan kapal HMS Cumberland mendarat di Tanjung Priok,
Jakarta. Setelah itu menyusul pendaratan di kota-kota lainnya. Awalnya
kedatangan AFNEI disambut netral oleh rakyat dan pemimpin Indonesia. Hal ini,
karena dalam wawancara pers di Australia pada 29 September 1945, Letnan Jenderal
sir Philips Christison mengatakan tugas AFNEI hanyalah untuk membebaskan
tawanan perang dan interniran. Selain itu, melucuti tentara Jepang, AFNEI tidak
akan mencampuri urusan politik di Indonesia.
2. Kembalinya Belanda ke
Indonesia
Belanda kembali ke Indonesia dengan cara
mengirimkan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan
membonceng kepada pasukan sekutu yang akan dikirimkan ke Indonesia. Tujuan
Belanda ingin kembali menguasai Indonesia diantaranya:
Belanda ingin mengembalikan kekuasaannya atas
Indonesia untuk:
- Mengembalikan
Status Kolonial:
Belanda berusaha mengembalikan Indonesia sebagai wilayah jajahannya.
Mereka tidak mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia dan tetap
menganggap Indonesia sebagai bagian dari Hindia Belanda.
- Mengeksploitasi
Sumber Daya:
Tujuan utama lainnya adalah mempertahankan kontrol atas sumber daya alam
Indonesia yang sangat berharga, yang akan membantu menghidupkan kembali
ekonomi Belanda yang hancur akibat perang.
- Menegakkan
Hukum Kolonial:
Belanda berupaya menerapkan kembali sistem pemerintahan kolonialnya,
dengan menggunakan NICA sebagai alat untuk mengembalikan administrasi
kolonial.
Pernyataan Sir Philips Christison dianggap sebagai
pengakuan secara de facto terhadap Republik Indonesia. Namun, NICA justru mengambil
tindakan yang berlawanan dengan pernyataan Christison. NICA mempersenjatai
kembali bekas anggota Koninklijk Nederlands Indies Leger (KNIL) yang baru bebas
dari tahanan perang. Di berbagai daerah, NICA dan KMIL yang didukung sekutu
melancarkan provokasi dan terror kepada para pemimpin nasional . Semuanya
bertujuan memuluskan rencana Belanda menduduki kembali Indonesia. Upaya Belanda
untuk kembali ke Indonesia memicu berbagai pertempuran di berbagai daerah,
seperti Pertempuran Surabaya, Bandung Lautan Api, dan berbagai agresi militer
yang dilakukan Belanda untuk merebut kembali kekuasaan di Indonesia. Selain
perjuangan dengan menggunakan senjata, Indonesia juga berusaha memperoleh
pengakuan kedaulatan melalui jalur diplomasi.
0 comments:
Post a Comment